Ironi Petani Jagung Mantar: Panen Melimpah, Harga Rendah

Poto Tano, MediaKSB, – Panen raya jagung di Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) tahun ini mencatat hasil yang menggembirakan. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, produksi jagung mengalami peningkatan signifikan. Namun di balik keberhasilan tersebut, para petani justru menghadapi kenyataan pahit saat harga jual hasil panen yang sangat rendah.
Kepala Desa (Kades) Mantar, Asmono, mengungkapkan, tahun ini produksi jagung di desanya sangat melimpah, bahkan melebihi capaian pada tahun-tahun sebelumnya.
“Hasil panen tahun ini memang sangat melimpah, lahan jagung juga bertambah luas. Tapi sayangnya, harga jual di tingkat petani justru sangat rendah,” ujarnya saat diwawancarai Media ini pada, Sabtu (03/5).
Menurut Asmono, pemerintah sebenarnya telah menetapkan harga standar jagung sebesar Rp 5.500 per kilogram untuk kategori Kadar Air (KA) 14. Namun kondisi geografis Desa Mantar yang berada di dataran tinggi membuat pencapaian KA 14 menjadi hampir mustahil.
“Jagung petani Mantar tidak mungkin sampai pada KA 14 karena kami berada di atas gunung. Kadar air jagung kami tinggi, sehingga pembeli hanya mau membeli dengan harga Rp 2.500 hingga Rp 2.700 per kilogram,” keluhnya.
Situasi ini menimbulkan keresahan di kalangan petani. Meski jerih payah mereka dalam menanam jagung berbuah hasil, namun nilai ekonomi yang didapat sangat jauh dari harapan. Rendahnya harga jagung tidak sebanding dengan biaya tanam, pupuk, dan tenaga kerja yang telah dikeluarkan.
Kades berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, khususnya kepada petani di desa Mantar untuk mencari jalan tengah agar para petani juga mendapat harga jual yang sepadan dengan apa yang dikerjakan.
“Kami sangat berharap ada atensi khusus dari pemerintah untuk petani di desa kami. Mungkin melalui kebijakan harga khusus atau bantuan pengeringan hasil panen agar kualitas jagung bisa meningkat,” ujarnya.
Dengan produksi yang terus bertambah setiap tahunnya, Asmono menekankan pentingnya dukungan dari pihak terkait agar petani tidak terus-menerus dirugikan. “Potensi pertanian di Mantar sangat besar dan bisa menjadi kekuatan ekonomi daerah jika dikelola dengan baik dan didukung oleh kebijakan yang berpihak kepada petani,” tegasnya.
Ironi ini menjadi gambaran tantangan petani di daerah pegunungan. Panen melimpah tidak selalu berarti kesejahteraan, jika harga pasar tak berpihak pada mereka yang bekerja keras di atas ladang. (M-01)