Inventarisir Hambatan Riset Daerah, BRIDA KSB Lakukan Kajian Lapangan

Taliwang, MediaKSB, – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Bidang Inovasi dan Teknologi telah melaksanakan kajian lapangan untuk menginventarisir hambatan riset dan pengembangan inovasi daerah. Kegiatan yang berbentuk roadshow ini dilaksanakan sepanjang Oktober 2024 di setiap kecamatan se-KSB.
Kepala BRIDA KSB melalui Kepala Bidang Inovasi dan Teknologi, Indrajaya, M.Si. menyampaikan, kegiatan ini melibatkan seluruh elemen masyarakat dari setiap desa yang menjadi lokus kajian, seperti ketua RT, kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan perwakilan lembaga pendidikan.
“Melalui kegiatan ini, BRIDA tidak hanya mensosialisasikan produk inovasi tetapi juga menggali berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat dalam menerapkan teknologi dan inovasi di wilayah mereka,” ungkapnya pada Kamis (31/10).
Indra mengatakan dalam roadshow tersebut, sejumlah desa dijadikan lokasi khusus sesuai dengan tipologi dan potensi alam masing-masing. Desa Tua Nanga dan Desa Talonang Baru, misalnya, difokuskan pada pemanfaatan dan pelestarian hutan mangrove untuk menjaga lingkungan pesisir.
“Tujuannya agar semua pihak dapat memahami dan berperan dalam pelestarian lingkungan, khususnya mangrove yang kaya manfaat bagi ekosistem dan masyarakat sekitar,” jelasnya.
Indra juga menjelaskan bahwa selain sosialisasi, tim BRIDA juga melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Di Kecamatan Poto Tano misalnya, masyarakat Desa Tua Nanga melaporkan tantangan dalam hal pasokan air minum dan kebutuhan budidaya rumput laut.
Sementara di Desa Rarak Ronges, masyarakat menyampaikan aspirasi terkait pengembangan hortikultura dan bibit tanaman unggul. Untuk Desa Goa, masalah pengolahan sampah plastik menjadi perhatian utama warga yang membutuhkan dukungan lembaga pendamping.
Selain itu, Desa Seran di Kecamatan Seteluk berharap dukungan untuk melestarikan wisata budaya Kedatuan Raja Seran. Masyarakat ingin makam Raja Seran tidak hanya menjadi benda mati, namun dapat menjadi cagar budaya yang dikenal oleh generasi mendatang. “Masyarakat dan Pemdes Seran sangat serius, bahkan pengembangan Wisata Budaya tersebut telah dimasukkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes),” beber Indra.
Indra menyampaikan, hasil dari kajian lapangan ini nantinya akan dilaporkan ke Pemerintah Daerah untuk segera ditindak lanjuti. BRIDA akan melakukan koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
“Semua permasalahan sudah kami inventarisir dan kami akan sampaikan ke OPD terkait untuk berkolaborasi menangani permasalahan yang ada,” pungkasnya.
Sebagai informasi, kegiatan ini melibatkan sejumlah inovator yang menjadi pemenang Anugerah Inovasi Daerah (AID) 2023, yang terdiri dari tiga kategori: sekolah, masyarakat, dan perangkat daerah. Para inovator ini memperkenalkan inovasi-inovasi mereka, seperti program “PENDI BERMA” dari SDN Labuhan Lalar yang mengedukasi anak-anak tentang pentingnya pelestarian mangrove, serta program peningkatan kualitas guru “School for Master Teacher” dari Sekolah Guru Indonesia. Selain itu, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) turut memperkenalkan inovasi pelayanan berbasis teknologi yang mereka kembangkan. (M-02)