Dikes KSB Masih Mempertimbangkan Untuk Akhiri Status KLB DBD

Taliwang, MediaKSB, – Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Dinas Kesehatan (Dikes) berinisiasi untuk mengajak seluruh Puskesmas, untuk membahas secara serius tentang kondisi terbaru atau keadaan lingkungan terkait dengan penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga belum bisa mencabut status Kejadian Luar Biasa (KLB).
H Indra Alamsyah, S.Kep, M.Si selaku Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) pada Dikes KSB mengatakan, jika saat ini masih mempertimbangkan untuk menghentikan penetapan status KLB untuk DBD. “Kami akan mengajak semua puskesmas untuk membicarakan terlebih dahulu terkait kondisi wilayah masing-masing, jadi belum bisa dibicarakan soal pencabutan status KLB,” ucapnya.
Disampaikan H Indra sapaan akrabnya, penetapan KLB atas DBD itu sendiri lantaran pada Agustus lalu, ada kasus DBD yang menyebabkan seorang pasien meninggal dunia. “Memang hasil pengecekan mingguan kami terhadap setiap elemennya semua bisa dikatakan normal sekarang,” akunya.
Masih keterangan H Indra, ada beberapa pertimbangan yang pihaknya jadikan acuan sebagai dasar untuk mengakhiri status KLB DBD saat ini. Diantaranya, tren kasusya yang menurun siginifikan dalam beberapa pekan terakhir, case fatality rate (CFR) yang turun dibuktikan dengan tidak adanya lagi pasien DBD dalam kondisi butuh penanganan medis berat.
Ditegaskan juga H Indra, keberhasilan menekan jumlah kasus DBD sehingga akan diakhirinya status KLB penyakit berbasis lingkungan itu tidak lepas dari kerja keras seluruh Puskesmas berikut jaringan di bawahnya. Selama ini, sejak status KLB diterapkan, Puskesmas di seluruh kecamatan dengan sigap melakukan penanganan dan upaya pencegahan di tingkat lapangan. “Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masif dilakukan. Sosialisasi ke masyarakat juga hampir setiap hari,” tegasnya.
Selanjutnya H Indra mengungkapkan, tingginya kasus DBD tahun 2024 ini dipicu oleh kondisi cuaca. Musim kering berkepanjangan yang terjadi sepanjang tahun ini membuat masyarakat banyak menampung air di rumahnya. Penampungan air itulah yang kemudian menjadi pemicu tumbuh suburnya nyamuk pembawa DBD di lingkungan masyarakat.
“Air yang ditampung itu menjadi sarang nyamuk. Makanya waktu itu kami sulit juga menyarankan masyarakat untuk membuang air tampungannya karena dalam kondisi sulit air (kekeringan), ” cetus Indra.
Dikatakan H Indra, dengan masuknya musim penghujan, secara otomatis akan menyulitkan nyamuk DBD berkembang biak. “Yang jadi sarang nyamuk itu kan air tergenang dan tenang dan umumnya jernih. Nah kalau hujan kan airnya terus berganti. Tapi walau begitu kita juga tetap harus terapkan upaya PSN agar tempat-tempat berpotensi menjadi sarang nyamuk tidak ada,” tukasnya. (M-05)